SEJARAH DAN PROBLEM KEKINIAN
Sejarah ialah ilmu tentang waktu. Pada umumnya
ilmu sosial lain seperti sosiologi akan membicarakan tentang masyarakat,
diantaranya pelapisan masyarakat, ilmu politik juga akan membicarakan
masyarakat, namun lebih cendrerung kepada aspek kekuasaan. Sedangkan antopologi
membicarakan masyarakat diantaranya soal kebudayaan. Sejarah juga membicarakan
tentang masyarakat, namun ditinjau dari segi waktu, jadi sejarah ialah ilmu tentang waktu.¹
Dalam kajian tentang waktu, akan terjadi empat hal, yaitu:
(1) Perkembangan: Perkembangan terjadi bila
berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk ke bentuk lain. Biasanya
masyarakat akan berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks
(2) Kesinambungan: Kesinambuangan terjadi bila
suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Dikatakan
bahwa pada mulanya kolonialisme adalah kelanjutan daripada patrimonialisme.
Sebagai contoh dalam hal sewa tanah Belanda mendapatkn tenga kerj, karena
demikianlah yang teah diberlakukan oleh
raja-raja pribumi pada rakyatnya.
(3) Pengulangan: Pengulangan terjadi ila
peristiwa yang pernh terjadi masa lalu terjadi lagi. Misalnya Demonstrasi besar
oleh mahasiswa untuk menggulingkan pemerintaha terjadi pada tahun 1965, dan hal
itu teruang pada tahun 1998.
(4) Perubahan: Terjadi bila masyarakat
mengalami pergeseran, sama dengan perkembangan.
Tetapi, asumsinya adalah perkembagan secara besar-besaran dan dalam
waktu yang singkat. Biasanya,perubahan terjadi karena pengaruh dari luar.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka kita
dapat menelaah lebih jauh mengenai penulisan sejarah dan problem kekinian.
Setiap penulisan sejarah dilakukan oleh sejarawan yang menghayai hidup pada
suatu masa tertentu yang baginya merupakan masa kini (contemporary). Hidup pada masa kini memang tidak dapat dipungkiri
kita akan terkurung dan ditandai oleh jiwa zaman, gaya hidup serta pandangan
dunia yang sedang dominan. Kemudian hal itu akan dibudidayakan oleh individu
melalui proses pelembagaan dan mempengaruhi alam pemikiran mereka sebagian atau
sepenuhnya.
Proses atau peristiwa diatas dapat
diibaratkan apabila kita berdiri di suatu tempat tertentu, maka pandangan atau
prespektif yang akan muncul dari kita adalah sangat ditentukan oleh titik
pendirian kita. Disisi lain cakrawala fisik sangat tergantung atau ditentukan
oleh titik pendirian fisik, sehingga cakrawala intelektual dipengaruhi pula
oleh titik pendirian zaman. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam
mempelajari ciri penulisan sejarah yang terus berkembang pada setiap zamannya,
dapat dilihat kecuali substansi atau isinya, didalam penulisan itu pastilah akan
tersirat pandangan penulis yang mencerminkan zamannya (Zeitgebundenheit) karena
mereka pastilah akan terikat pada zaman itu. Jadi pengkajian pengkajian
historiografi dapat mengungkapkan jiwa zaman atau subjektivitas zaman sejarawan
itu sendiri. Lagi pula, historiografi mengungkapkan tidak hanya pandangan
sejarawan tetapi juga cakrawala intelektualitasnya terhadap sejarah,
masyarakat, serta dunia hidup pada umumnya.
Adalah suatu kenyataan
bahwa suatu pandangan sejarah dari zaman tertentu sangat mempengaruhi
penggambaran sejarah dari zaman-zaman sebelumnya. Sebagai contoh, hal ini dapat
kita lihat dalam historiografi Indonesia. Pada masa perumusan sejarah nasional,
penulisan menegnai sejarah Kesultanan Buton sangatlah minim karena dianggap
sebagai antek atau sekutu VOC, naamun hal itu sangat berbeda ketika sekarang
banyak sejarawan mulai menggali tentang sejarah Kesultanan Buton dari sisi
peran mereka terhadap jalur perdagangan dan pelayaran samudra karena pada
kenyataannya memiliki peranan yang cukup besar. Dari hal itu, maka sangatlah
jelas, bahwa problem masa kini sangat mempengaruhi penulisan sejarah. Benedetto
Croe yang dimuat dalam bukunya Sartono Kartodirjo mengatakan “Setiap sejarah
yang benar adalah sejarah masa kini”. Secara implisit tercantum kenyataan
bahwasannya setiap penulisan sejarah mau tidak mau akan dilakukandalam kerangka
pemikiran zamannya.
Dalam hal lain, sebaliknya
beberapa pandangan tentang masa kini juga di tentukan oleh proses perkembangan
sejarah sebelumnya serta menghasilkan jiwa zaman masa kini itu. Hal ini dapat
dilihat dari bebrapa kasus yang terjadi pada masa kini yang menjadi kerisauan
bebrapa sejarawan, misalkan tentang sebarapa jauh dampak komersialisasi dan
modernisasi di pelbagai bidang pada birokrasi. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai masalah-masalah yang terjadi
pada masa lampau karena tentunya sangat mempengaruhi pola skehidupan sekarang.
Misalnya terjadi kasus para Perengkat Desa menutut diangkat menjadi PNS,
mengapa hal itu terjadi? Secara otomatis kita akan mencari tahu bagaimana
sistem gaji pada masa lampau terhadap para Perangkat Desa, dan apabila sistem
itu dirubah maka akan berdampak apa pada mereka.
Dari berbagai penjelasan
diatas, maka seorang sejarawan akan memerlukan sebuah atau adanya historical-mindedness, yaitu suatu
kemampuan untuk menempatka suatu gejala sejarah sesuai dengan suasana iklim
kebudayaan masanya sehingga dapat dihindari kesalahan yang disebut anakronisma ataupun mencampurbaurkan
zaman suatu gejaladengan zaman lain. Kemudian menjadi salah stu fungsi sebuah
historiografi untuk menetapkan identitas kelompok serta selanjutnya
melegitimasikan kedudukannya haruslah dengan membawa situasi tersebut yang
berpangkal pada masa kini dan melacak melalui sejarah masa lampau.2
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas,
maka dapat kita simpulkan bersama bahwasannya sebuah Sejarah sangat dipengaruhi
oleh problematika masa kini, melalui perkembangan pola pikir dan cakrawala
intelektualitas sejarawan masa tersebut. Disisi lain juga perkembangan
permasalahan ataupun peristiwa masa kini juga dipengaruhi beberapa proses masa
lampau, sehingga diperlukan kemampuan menempatkan suatu gejala sejarah sesuai
zamannya dari seorang sejarawan untuk menghindari sebuah kerancuan dalam konsep
penulisan sejarah.
¹ Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah: (Bentang, 2000), pp.12 - 15.
² Sartono Kartodirdjo,Pendekatan Ilmu
Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992),
pp.70